Wednesday, April 18, 2012

Dilema Mahasiswa



                Mei 2012….bulan yang sangat menentukan bagi mahasiswa .dari berbagai Jurusan,Fakultas,Perguruan Tinggi Negeri maupun swasta bahkan seluruh mahasiswa dari nernagai penjuru di Indonesia.memangnya apa istimewanya dari bulan ini bagi mahasiswa ?
Bias dikatakan kerja keras mahasiswa selama lebih kurang 6 bulan atau satu semester  yang telah berlalu dinilai. Ya…..! saat ini mahasiswa disibukkan dengan yang namanya Ujian Akhir Semeste.Tidak hanya anak-anak sekolah yang Ujian,Mahasiswa pun ada Ujian Semesternya. Ujian yang berlangsung hanya lebih kurang  dua minggu ini menjadi penentu kemenangan bagi setiap mahasiswa dalam persaingan antar mahasiswa lain dalam satu jurusan. Setiap mahasiswa ingin menjadi yang terbaik diantara yang lainnya dengan memperoleh IPK ( IndeksPrestasi Kumulatif ) tertinggi. Namun sayangnya berbagai macam cara pun ditempuh agar bisa mendapat nilai tinggi. tak jarang kita lihat beberapa menit menjelang ujian dimulai segala macam media yang dibutuhkan semacam contekan telah disiapkan seperi coretan di meja dan bangku kuliah,kertas kecil bahkan catatan pun ada yang diperkecil seukuran Pas Photo 4x6....
Luar Biasa!!!                                                        

            Memang ber-IPK tinggi menjadi dambaan setiap mahasiswa dan berlaku hukum tidak tertulis yaitu IPK minimal 3,00 sebagai IPK Psikologis ,angka yang akan menimbulkan rasa aman sekaligus kebanggan. Aman karena “lebih mudah” mengisi lowongan kerja yang rata-rata perusahaan mensyaratkan IPK minimal 3,00 ,ini merupakan kecenderungan yang tidak bisa dibendung  yaitu lulus hanya sekedar lulus meski IPK tingi ,tapi penguasaan terhadap ilmu sangat kurang.
Mestinya sesuai dengan namanya “Universitas” ,sarjana yang dihasilkan mempunyai kesadaran,orientasi tidak sekadar mencari dan mendapatkan pekerjaan ,tapi beralih kepada upaya menciptakan lapangan kerja baru. Paling tidak kalau memang harus menjadi pekerja,harus diniati bagian dari pembelajaran dan sarana memberikan perhatian dan bantuan konkret kepada pihak-pihak yang membutuhkan .

            Apakah dengan IPK tinggi akan menjamin kemudahan seorang sarjana menjalani kehidupan karir dan pekerjaan ?
Berikut saya mengutip pernyataan dari Dekanat Fakultas Ekonomi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta dari buku yang pernah saya baca. Beliau mengatakan bahwa “IPK tinggi memang penting ,tapi pada kenyataannya di lapangan,lulusan dengan IPK tinggi justru memiliki Soft Skill yang rendah .Soft Skill itu meliputi kemampuan berkomunikasi,bernegosiasi,mengatasi konflik dan lain-lain yang lebih mengedepankan kecerdasan emosional.

            Jadi apa yang salah dengan sistem perkuliahan sehingga IPK yang mencerminkan intelektual tidak sama dengan Soft Skill yang dimiliki? Sikap dominan yang mencerminkan sikap pragmatisme ,mengejar IPK tinggi tanpa mempedulikan bagaimana IPK tinggi itu diperoleh
Mudah-mudahan tahun ajaran baru tahun ajaran baru ini bisa menjadi langkah awal kita sebagai mahasiswa untuk meningkatkan Soft Skill yang dimiliki dan Hard Skill yang berimbang. Buata apa ber-IPK tinggi tapi dengan cara yang salah ? Yakinlah akan kemampuan diri sendiri ,sesuatu yang diniatkan dengan baik,Insya Allah hasilnya akan baik.





Oleh :  Andry Ardian N
            Mahasiswa DIII Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas

No comments:

Post a Comment