Saturday, July 07, 2012

"KERINDUAN"


KERINDUAN
Tulisan ini memang menghentak qalb saya yang juga merindukan kembalinya saat-saat dimana dakwah belum memasuki mihwar dakwah kelembagaan,yakni masih berkutat pada marhalah dakwah keluarga.

Kerinduan akan pertemuan dengan al-akh yang penuh dengan ruh ukhuwah. Kerinduan melihat begitu banyak al-akh yang dalam saku kemejanya selalu ada mushaf kecil untuk dibaca saat waktu kosong,yang kini seakan tergantikan dengan kesibukan memijit-mijit tombol handphone.

Kerinduan akan semangat menggelora di dada saat turun ke jalan. Kerinduan akan ummahat yang selalu menutup rapat auratnya walaupun hanya keluar rumah sesaat. Kerinduan malam-malam yang penuh dengan muhasabah, mengingat begitu banyak waktu dan kesempatan dakwah yang sia-sia.

Kerinduan akan majalah cerita islami yang membuat hati tergetar dan menjadi pembuka jalan untuk turunnya hidayah Allah, yang sekarang tergantikan hanya untuk menuruti selera pasar. Atau kerinduan akan nasyid-nasyid pembangkit semangat yang seakan tergantikan dengan nasyid-nasyid mendayu-dayu bercerita tentang cinta.

Kerinduan pada azzam yang kuat untuk menjadi mujahid-mujahid freelance membela ummat di seluruh penjuru dunia dan pada kematian yang syahid, kerinduan pada ikhwan dan akhwatnya yang selalu menjaga hijab dan pergaulan, yang seakan tergantikan dengan neo-ikhtilat, melalui friendster,facebook,twitter,e-mail,chatting dan media lainnya. Dan begitu banyak kerinduan-kerinduan lainnya yang kini hanya menjadi sebuah kenangan.

Atau karena jiwa saya sendiri yang sakit? Yang ruhnya selalu kelaparan ,kering kerontang dan gersang. Yang hari dan malamnya selalu penuh dengan sesuatu yang laghwu. Yang dalam ingatannya selalu dipenuhi dengan kenikmatan dunia,hingga melupakan keabadian yang hakiki di akhirat sana.

Yang dalam penampilan fisiknya selalu berkeinginan menjadi ikhwan metroseksual dan high technology minded,tidak lagi dengan tawadhu’ sebagai pakaiannya dan zuhud menjadi surbannya. Atau yang lebih parah adalah selalu mengatakan apa yang tidak pernah dikerjakan,ia tetap demikian agar dirinya selalu terpandang dan mulia dimata manusia.

Masya Allah,sebegitu parahkah diri ini ? bila memang demikian,maka patutlah untuk menyalahkan diri sendiri. Tak perlu salah merindu. Dan tak perlu untuk menyalahkan ijtihad dari para masyaikh yang selalu berpikir bagaimana caranya agar kapal besar bernama dakwah ini tetap terapung,tidak tenggelam di tengah samudera luas dengan angin ribut dan gelombang setinggi gunung.

Ikhwatifillah...maka nikmatilah surat terbuka ini,agar kita menyadari bahwa sungguh tidak ada yang salah pada jalan yang penuh coba dan rintangan ini, dan bahwa banyak yang perlu kita benahi, bahwa begitu banyak yang perlu kita tajamkan pada sisi-sisi tumpul jiwa ini,bahwa begitu banyak yang perlu kita segarkan pada ruh-ruh penuh dahaga ini.

NB : “Artikel ini dimuat di majalah Da’watuna.
By : Rahmat Abdullah.

1 comment:

  1. Kerinduan itu mengidap di diri.
    Dan dijadikan seutas pegangan agar terus istiqomah

    ReplyDelete